instrument

Thursday, July 07, 2011

lagi boring -.- jadi semuanya ngasal

Hello, namaku Lydia. Maaf, ini cuma kerjaan iseng aja :) liburan yang cukup membosankan! Jadi, aku nulis cerita aja here it is:

Rachel Bilson, adalah seorang gadis berusia 17 tahun sekarang. Dia adalah gadis yang ceria, selalu ada senyum yang indah di wajahnya. Tapi, sayang.. 3 bulan yang lalu ia mengalami hal yang sangat sangat ingin ia lupakan. Sekarang, hanya ada tangisan, kemarahan, dan senyum itu…..musnah! Rachel hanya berada di kamar, ia tidak mau melanjutkan kuliahnya. Padahal, dia seorang mahasiswa baru. Dia dikurung di kamarnya, di rumahnya yang super luas itu. Orang tuanya selalu mengkhawatirkan putrid tunggal mereka itu. Mereka bahkan menyewa banyak babysitter untuk menjaga Rachel, walau Rachel sudah 17 tahun!
Rachel, dulunya gadis yang ceria, cantik, lincah, dan penuh semangat. Tapi, sekarang…… hanya tinggal cerita
Rachel berdiri di depan cermin. Beberapa menit ia menatap bayangannya di cermin. Lalu, kedua tangannya meraba wajahnya dengan lembut. Dia mencoba untuk tersenyum, tapi ..
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” jerit Rachel sambil memukuli wajahnya lalu melayangkan kedua tangannya ke cermin dengan kuat.
Praaaakk…. Cermin itu retak.
“NOONN!!! JANGANN NON!!! NOONN !!! CEPAT PANGGIL YANG MULIA!!” kata seorang baby sitter sambil menahan lengan Rachel.
Rachel makin memberontak, ia merosot dari genggaman pembantunya itu lalu menghentakkan tangannya ke serpihan kaca.
“NONN!! JANGAN LAKUKAN ITU NONN!!” teriak bibi sambil menarik Rachel ke tempat tidurnya.
“Ada apa ini/?!!? Rachel!!!!” Teriak papa Rachel sambil berlari ke arah Rachel.
Mama Rachel kaget, “Ya Tuhan!! Racheell!!!” teriak mama Rachel sambil mengikuti suaminya.
“Racheeeeeeeell, anakkuuuuuuu!! Mama sayang kamuu naakkk!!!” teriak mama Rachel sambil memeluk Rachel.
Rachel masih menangis histeris di pelukan mamanya.
“Cepat kau ambil kotak P3K! Lalu, obati tangannya!” perintah Mr. Bilson kepada salah satu pembantunya.
“Baik, Tuan” jawab pembantu tsb.
“Sepertinya, kita butuh seorang dokter jiwa Ma! Ini tidak bisa dibiarka..”
“APA MAKSUD PAPA! PAPA MAU MEMBUANG ANAK KITA KE RUMAH SAKIT JIWA!! PAPA SUDAH GILA!!!” teriak Mrs. Bilson
“Bukan Ma, Papa tidak akan seperti itu. Maksud Papa, kita akan memanggil seorang dokter jiwa Ma, inikan demi putri kita Ma. Mama mau Rachel seperti ini terus? Ha?!”
Mrs. Bilson terdiam, lalu ia menyeka air matanya.
“Papa benar, Mama setuju, kita sebaiknya memanggil dokter jiwa untuk mengobati putri kita.”
“Ya sudah, Papa akan menyuruh manager Papa untuk mencari dokter yang professional”
Mrs. Bilson mengangguk setuju.
---------
Keesokan harinya,
Tok tok tok tok….
“Selamat siang Mr. Bilson!” sapa seorang lelaki yang kira” berumur 50 thn sambil tersenyum ramah
“Selamat siang Dr. Smith!” sapa Mr. Bilson
“Jadi, uhm! Di mana putrimu?” Tanya Dr. Smith tanpa basa-basi.
Mr. Bilson mengantar Dr. Smith ke kamar Rachel.
“Hello gadis kecil!” sapa Dr. Smith pada Rachel.
Rachel menatap Dr. Smith dengan dingin.
“Aku doktermu. Siapa namamu gadis manis?” Tanya Dr. Smith sambil mendekati Rachel
Rachel masih diam dan masih menatapnya dingin.
“Aku tidak boleh tau ya namamu? Kenapa? Aku orang yang baik kok!” kata Dr. Smith lagi sambil tersenyum, dan kali ini Dr. Smith duduk di sisi tempat tidur Rachel.
Rachel masih diam, dan dengan gerakan cepat ia melayangkan sebuah bantal ke arah Dr. Smith.
Pooop!!
“Oh! RACHEL! KAU INI!! Maafkan anak saya Dok!” kata Mr. Bilson sambil menghampiri Mr. Smith.
“Tidak apa-apa Mr. Bilson, ini sudah biasa terjadi.” Kata Dr. Smith dengan lembut.
Lalu, Mr. Bilson mengajak Dr. Smith keluar.
“Hmm, jadi bagaimana dok? Dokter bersedia merawat putri saya?”
“Saya bersedia, tenanglah! Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Tapiii….”
“Tapi apa dokter? Katakana saja apa yang harus saya sediakan? Uang?”
“Oh! Haha! Tuan, kalau masalah uang itu terserah pada tuan saja! Maksud saya, umm.. tidak masalah kan jika saya hanya bisa merawat putri Tuan dalam 3 minggu?”
“Oh! Tidak apa-apa dokter, tapi kenapa dok?”
“Saya ada pelatihan di luar negeri, jadi mugkin putra saya yang akan menggantikan saya disini. Tuan keberatan?”
“Oh! Tidak masalah! Yang penting, putri saya bisa sembuh dok!”
“Jangan khawatir, saya yakin dia akan sembuh! Jiwanya cuma terganggu sedikit.”

Selama 3 minggu, Rachel dirawat Dr. Smith. Dr. Smith memang dokter yang professional, dia mampu mengendalikan emosi Rachel. Walau sebenarnya belum sembuh total. Dr. Smith juga dokter yang baik dan sabar.
“Ahhh! Saya pamitan dulu Tuan dan Nyonya Bilson, besok anak saya Noah Smith akan datang menggantikan saya.”
“Iyaa baiklah, hati-hati di perjalananmu ya Dokter!”
“Iya baiklah, sampai jumpaa!!”

Keesokan harinyaaaa…
Tok tok tok tok…
“Permisi!! Spadaaaaa…”

1 comment:

no name said...

LANJUT LID =="
hwaaaaa..penasaran!